Selasa, 11 Maret 2008

TAK SELAMANYA BERBOHONG ITU INDAH
Oleh : Nanik*
Sebut saja ari, seorang cowok yang berumur 18 tahun. Dia kuliah jurusan Tehnik Kimia disalah satu perguruan tinggi di yogyakarta. Dia merupakan salah satu mahasiswa yang pandai dibidang akademik dan memiliki banyak ilmu tentang Islam yang memang pada dasarnya ia merupakan anak dari seorang guru gaji dan ibunya juga seorang guru agama Islam disalah satu sekolah menengah atas dikota Cirebon. Dia banyak disukai teman- temannya karena sifatnya yang sopan dan ramah pada semua orang. Walaupun begitu, dia tetap bisa menjaga pergaulan dengan teman cowok dan teman – teman ceweknya. Dia tahu batas- batasnya bergaul dengan teman- teman ceweknya. Ari juga punya teman yang namanya agus, dia adalah anak asli yogyakarta. Agus mengaku bahwa dirinya adalah anak seorang koki disebuah hotel ternama di Yogyakarta, hal ini ia lakukan karena malu bergaul dengan teman- temannya yang sebagian besar adalah anak orang- orang kaya. "Kenalkan nama saya Agus" kata Agus. "Oh namanmu Agus, kenalkan namaku Ari", jawab Ari. Kemudian Ari bertanya lagi, kamu masuk kuliah ini lewat jalur apa?. Lama berpikir, Agus pun menjawab "aku kuliah disini lewat jalur SPMB"( sambil berpikir bahwa dia telah berbohong kepada teman yang yang telah baik kepadanya) . Ia terpaksa berbohong kepada Ari yang ia kenal sebagai anak yang baik, ini semua ia lakukan karena takut kalau tidak akan ada yang berteman dengannya lantaran ia hanyalah anak seorang penjual nasi goreng keliling. Sebenarnya ia bisa masuk kuliah karena mendapat beasiswa kurang mampu yang pernah ia daftar waktu masih SMA.
Semakin hari hubungan keduanya semakin akrab. Sering kali Ari mengajak Agus untuk ikut kajian bersama, selain itu Agus juga sering dipinjami buku – buku tentang pengetahuan Islam yang memang selama ini Agus hanya sedikit mendapatkannya. Sering juga Ari ingin bermain ke rumah Agus, namun Agus sering juga menolaknya dengan berbagai alasan. "’Agus, nanti aku main ke rumah kamu ya?" Tanya Ari, dengan nada agak gugup, Ari pun menjawab " maaf Gus, bukan maksudku menolak kamu untuk main kerumahku, tapi selama dua hari ini orang tua sedang ada acara diluar kota, lain waktu saja ya". Dalam hati, aku ( Agus) merasa bersalah sama Ari karena mengulangi kesalahanku berbohong kepadanya padahal dia tidak pernah membohongiku. Sesampainya di rumah, Agus berpikir apa yang telah ia lakukan hari ini terhadap Ari, teman baiknya. Agus berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan berbohong lagi pada Ari dan ia akan mencoba jujur tentang apa yang telah terjadi selama ini. Hari esok pun tiba, seperti biasanya Agus pergi kuliah dan pastinya bertemu dengan Ari teman satu jurusannya. Hari ini Agus berniat untuk jujur pada Ari, namun rasa takut masih menghampirinya sehingga untuk yang sekian kalinya Ari berbohong lagi yakni pada saat ditanya sama Ari, " Agus, kok kamu sendirian dipinggir jalan? pulang bareng sama aku yuk naik motor?."Terima kasih Ri, aku lagi nunggu taksi karena Supir yang biasanya jemput aku sekarang lagi sakit jadi terpaksa aku harus naik taksi", jawab Agus. Sambil menunggu angkot, Agus pun berpikir, Kenapa aku harus berbohong lagi sama Ari???.
Malam pun tiba, karena ayah Agus sedang sakit maka agus harus menggantikannya untuk berjualan nasi goreng keliling. Pada awalnya agus menolaknya, namun karena dia merasa harus berbakti kepada kedua orang tuanya akhirnya dia mau berjualan nasi goreng keliling. Dan tanpa disangka- sangka Ari pun menjadi salah satu pembeli nasi gorengnya. Dengan rasa malu , takut dia pun melayani Ari seperti pelanggan yang lain. Kemudian keduanya ngobrol bersama sambil Ari menikmati nasi goreng yang telah disajikan oleh Agus. Karena sudah tertangkap basah maka Agus tidak bisa berbohong lagi sama Ari, " sebenarnya aku bukanlah anak seorang pejabat, aku hanyalah anak seorang penjual nasi goreng keliling dan aku minta maaf atas semua kebohongan yang telah aku lakukan selama ini, aku sadar bahwa memang tak selamanya berbohong itu indah. Tanpa disangka- sangka ternyata Ari mau menerima maaf dari Agus." Aku sebenarnya dari awal sudah tahu tentang dirimu, aku pernah mengikuti kamu saat aku melihat kamu naik angkot. Aku hanya ingin kejujuran itu keluar dari mulut kamu sendiri, bukankah kejujuran itu penting dalam membina persahabatan. Bukankah hubungan itu akan selamanya indah dengan kejujuran.

*Mahasiswa pend. MTK / IV

Tidak ada komentar: