Senin, 10 Maret 2008

GERAKAN ON TIME ( GOT )
Barangkali anda (pembaca) merasa risih atau bahkan jijik ketika mendengar kata "got" diucapkan oleh seseorang, apalagi orang tersebut dalam keadaan makan. Hal itu sudah menjadi kewajaran karena selama ini kata tersebut memang ditujukan untuk tempat saluran air kotor. Tapi pada tulisan ini, keadaannya berbeda 180 derajat tidak kurang dan tidak lebih. Karena bukan itu yang dimaksud oleh kata "GOT" dalam tulisan ini, akan tetapi sebuah nama untuk sebuah gerakan tranformasi menuju hal yang lebih teratur dan lebih baik.
On time (tepat waktu) adalah sebuah bentuk perilaku yang mengarah pada sebuah kedisiplinan dan keteraturan. Sehingga orang yang mengerjakan aktivitasnya dengan status on time, maka hal itu dapat mengindikasikan orang tersebut adalah orang yang disiplin atau orang yang teratur. Lawan dari kata ini (telat) akan mempunyai arti sebaliknya, yaitu ketidakdisiplinan dan ketidakteraturan. Dan biasanya, implikasi dari sifat suka telat ini berdampak pada orang lain.
Di sini mungkin perlu dikemukakan alasan, mengapa hal yang sepele ini perlu diangkat ke permukaan? Mungkin jawaban yang paling mendekati kebenaran adalah karena sifat "telat" inilah yang sudah terlalu kritis menjangkiti nilai-nilai kedisiplinan hidup kita dan itu hampir menyeluruh di seantero kepulauan Indonesia, yang jika tidak dibasmi dari sekarang maka sifat itu akan terus-menerus menular ke anak cucu kita.
Kekronisan sifat suka telat ini seakan-akan sudah mendarah daging di tubuh sebagian besar penghuni bumi pertiwi ini, menyusul dari sekian banyak organisasi yang sulit memberantas salah satu sifat yang mengakibatkan negeri ini tertatih-tatih untuk berkembang dan maju menggapai visinya, baik itu organisasi kecil maupun yang besar. Satu contoh saja, tahun kemarin PSSI, nama persekutuan untuk sepak bola se-Indonesia, telah membuat kesalahan besar dan sangat memalukan citra bangsa Indonesia di pentas sepak bola dan publik internasional. Kesalahannya, tidak lain dan tidak bukan adalah "telat" mendaftarkan klub-klub sepak bola Indonesia di ajang liga champion se-asia (ajang liga champion se-Asia adalah kompetisi antarklub sepak bola yang paling bergengsi se-Asia. Akibatnya, beberapa klub sepak bola Indonesia yang bisa dan seharusnya ikut ajang sepak bola tersebut harus gigit jari (bahkan mungkin "gigit sandal") dan memendam dalam-dalam ambisinya untuk menjadi kompetitor dalam ajang ini. Naudzubillah, kok bisa organisasi sebesar PSSI melakukan perbuatan "asusila" seperti itu di hadapan publik internasional ? salah siapa? tanya kenapa?
Sekarang yang menjadi pertanyaan di sini adalah apakah kita sebagai generasi penerus bangsa ini akan diam atau cuek saja dengan kesalahan karakter yang telah mengakar di sanubari orang-orang Indonesia, termasuk kita? Ataukah kita akan menyalahkan nenek moyang kita yang telah menurunkan atau mewariskan sifat ini kepada anak cucunya (baca: kita) yang sangat menghambat kemajuan pribadi, masyarakat dan bangsa ini tanpa melakukan apa-apa karena kita telah putus asa dan beranggapan bahwa sifat ini mustahil untuk dirubah?
Tidak ada kata telat untuk memperbaiki sebelum terompet ajal kematian dan hari kiamat dibunyikan. Kita harus punya tekad bersama untuk membasminya. Banyak cara menuju Roma. Salah satu caranya adalah menggencarkan gerakan ini. Terserah mau menamainya apa, yang penting adalah mempunyai sifat dan fungsi seperti judul di atas.
Pada tulisan ini, penulis ingin sedikit memberikan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai renungan yang nantinya diharapkan dapat mengobati rasa sakit dari penyakit telat ini.
Yang pertama, andaikan posisi diri anda adalah sebagai subyek yang datang pertama kali dan yang lainnya telat datang dengan selang waktu yang cukup lama. Apa yang akan anda rasakan dan lakukan jika anda adalah berada di posisi tersebut?. Saya kira, Anda akan merasa jemu dan bosan lantaran menunggu yang lainnya, yang ujung-ujungnya kata gerutuan, umpatan dan kedongkolan (mangkel) yang keluar dari mulut dan hati anda. Dalam hal ini, yang perlu ktia tumbuhkan secara bersama-sama adalah sifat simpati dan empati kita kepada sesama. Jika simpati dan empati kita telah tumbuh maka ketika kita terlambat dalam menghadiri forum atau yang lainnya, kita akan merasakan bahwa kita telah membuat orang lain dongkol dan mangkel. Yang kedua, adanya sanksi yang harus diberikan kepada si pelaku yang telat. Mungkin kita perlu melihat kembali kisah Nabi Sulaiman dan salah satu tentaranya, yakni burung hud-hud. Di mana, hanya gara-gara telat dalam apel yang telah ditetapkan waktunya, nyawa burung tersebut hampir saja melayang ke dunia. Bahkan kata Nabi Sulaiman, jika burung tersebut tidak memiliki alasan yang jelas, maka cincanganlah yang akan menjadi hukumannya. lain merasa jemu dan bosan karena tidak ada yang diajak bicara dan kita perlu mengutip sedikit cerita dari kisah Nabi Sulaiman as. dan burung hud-hudnya. Ketika burung hud-hud telat datang waktu apel pagi, Nabi Sulaiman marah dan akan mencincang burung tersebut. Padahal hanya karena terlambat apel
Kita juga harus belajar dari benda mati tapi mereka tidak pernah telat untuk bekerja. Mereka adalah planet-planet yang mengitari pusat tata surya kita. Bagaimana jadinya jika mereka telat dalam sistem peredaran tata surya itu. Malam dan siang.





























Suatu ketika sang maharaja melihat-lihat istananya yang megah dan indah, dan ia ingin agar istananya tersebut tampak lebih indah lagi jika seluruh bangunannya dilapisi emas seluruhnya. Oleh arena itu dipanggillah patih kerajaan. "Wahai patihku, bagaimana pendapat jika istana ku ini dilapisi dengan emas seluruhnya?", kata sang Maharaja

Tidak ada komentar: