Senin, 10 Maret 2008

Pagi itu aku melangkahkan kaki menyusuri pinggiran kota Ankara, Turki. Hari itu adalah satu hari menjelang tahun baru. Semua orang sibuk menjejali mall, hotel atau tempat hiburan lainnya, hingga membuat suasana jalan dan taman-taman kota menjadi sedikit lebih lenggang. Udara dingin yang menyelimuti kota Ankara juga merupakan salah satu alasan mengapa orang-orang lebih memilih untuk tetap berada di dalam rumah atau hotel ketimbang turun ke jalan.
Namun bagi aku, Dina Hatufeiye, gadis Indonesia yang kini tengah bekerja sebagai Public Relation di sebuah jaringan hotel internasional di Dubai, Uni Emirat Arab suasana liburan seperti inilah yang membuatku ingin keluar dan menikmati udara dingin yang mungkin bisa meneduhkan panasnya bara api di hati ini. Mimpi kisah cinta yang berakhir indah telah membawaku terperosok ke dalam jurang penderitaan. Penderitaan cinta yang tak memandang kasta, telah membuat diriku berlaku tidak sewajarnya. Seandainya pada saat itu salah seorang teman di Dubai ( Baby, Dino atau Juan) melihatku, mereka pasti akan bingung dengan ulah sinting yang kulakukan. Bagaimana tidak, dengan alasan cuti untuk mengambil liburan dan menikmati suasana tahun baru di kota Ankara, Turki, aku malah terdampar bak gelandangan yang tidak tahu kemana harus pulang.
Dengan langkah lemas dan suasana syahdu aku berjalan menyusuri taman kota. Kadang aku berdiam sejenak dan menyenderkan tubuhku di antara bangku taman sembari melemparkan makanan pada burung-burung liar yang singgah. Kadang pula aku duduk dan hanya terdiam, hanya terdiam dan melamun hingga akhirnya udara dingin yang menusuk menyadarkanku dari lamunan. Bagaikan zombie yang berjalan di tengah jalan berkabut seperti itulah keadaanku saat itu.
Ya Tuhan, mengapa Kisah cintaku harus berakhir seperti ini? Apakah aku terlalu bersalah atau kah diri ini terlalu bodoh, mencintai seseorang yang mungkin tidak pantas untuk di cintai. Ya Habibie…mengapa aku tidak bisa melupakanmu?
Kesedihan dan penderitaan yang begitu dalam membuatku kembali meneteskan air mata. Rentetan kejadian masa lalu pun mulai terbayang di pelupuk mata.
3 Years ago……..
Sayang kamu lagi ngapain? maafin aku ya sayang, aku janji gak akan merahasiakan apa-apa lagi dari kamu. Ujar Roni dalam sebuah pembicaraan di telepon. Huh….aku menghela nafas pendek dan dengan nada kesal kukatakan padanya bahwa jika lain kali ia menyembunyikan kenyataan bahwa ia pernah pacaran dengan seorang gadis di masa lalu dan tidak mengatakannya padaku, aku tak akan segan-segan memutuskan hubungan kami. Masih di pengaruhi oleh perasaan jengkel dan kesal, ku tutup telepon sebelum ia menyelesaikan kata-katanya.
Uuh…kesel-kesel kenapa si dia selalu nyembunyiin sesuatu dari aku? masak dengan pacarnya sendiri pakai rahasia-rahasiaan sih. Sebel….aku mengumpat keras sembari melempar bantal dan guling ke arah lantai. Tak lama kemudian aku pun menangis.
Semua kekesalanku pada hari itu di sebabkan oleh kejutan yang tidak mengenakkan, Mengetahui bahwa di masa lalu dia pernah mencintai seorang gadis. Itu Saja. Sepintas hal ini kedengarannya hal yang biasa saja dan akan sangat bodoh tuk di tangisi. Namun bila kebenarannya adalah dirinya sangat mencintai sang gadis hingga terluka hatinya ketika mereka putus, itu menjadi sesuatu yang sangat mengecewakan. Betapa tidak, setelah sekian lama kami pacaran, baru kali ini aku tahu dia pernah punya orang yang sangat di cintainya. Padahal setiap kali aku tanya, dia selalu menghindar dan bilang masa lalu gak perlu di utak-atik.
Parahnya lagi aku tahu hal ini bukan dari dirinya atau keluarganya, melainkan melalui sebuah pembicaraan dengan seorang sahabat lama yang kebetulan juga temannya. Tanpa sengaja sahabatku itu membocorkan rahasia bahwa kekasihku pernah jatuh cinta dengan seorang gadis.
Wuih… ceweknya cantik banget, alim dan pintar lagi. Saat itu dia sampai protective banget sama cweknya. Terus pas mereka putus, Roni benar-benar hancur hatinya. Cerita sahabatku.
Mendengar hal itu emosiku langsung naik, dan tanpa basa-basi aku langsung menelpon Roni tuk meminta konfirmasi darinya. Seperti layaknya lelaki lain, Roni mengelak dan berusaha mengalihkan pembicaraan. Namun setelah beberapa kali kupaksa, ia mengakuinya juga.
Aku memang mencintainya. Sangat Mencintainya. Ujar Roni dengan lesu.
Apakah kau masih mencintainya sampai sekarang? Desakku.
Aku hanya mencintai kamu. Jawab Roni
Aku tidak tanya apakah kamu mencintai aku atau tidak. Apakah kau masih mencintai gadis itu? Desakku lagi. Kali ini aku bertanya dengan nada sendu sembari menahan tangis. Jawaban Roni yang pertama membuat hatiku sakit. Seperti di tusuk sembilu.
Kali ini ia kembali mengulangi jawaban yang sama dan menolak memberikan jawaban lain. Sebuah jawaban klise yang kuanggap pengalihan dari kebenaran. Dengan kesal ku banting handphone yang saat itu tergenggam erat di tanganku hingga pecah berantakan. Air mataku pun mengalir deras. Sejak kejadian itu hubungan kami pun sempat renggang dan kami hampir memutuskan untuk berpisah. Namun semua itu berlalu begitu saja ketika Roni dengan jujur mengakui kesalahannya dan menceritakan masa lalunya dengan gadis itu.
Semua itu hanya masa lalu. Aku ingin membuka lembaran baru dan hidup bahagia bersamamu. Ujar Roni suatu ketika.
Terlena dengan janji manisnya, aku pun memutuskan tuk memaafkannya dan menerimanya kembali. Tapi semua itu adalah awal dari kesalahan terbesarku. Karena tak lama setelah kejadian itu berlangsung, sebuah kejutan yang tidak kuharapkan kembali datang. Saat itu adalah saat yang paling tidak mengenakkan bagiku karena hati ini sudah terpaut padanya.
******
Waktu terus berlalu dan hari pun silih berganti. 4 bulan berlalu sudah sejak terjadinya pertengkaran antara aku dan Roni. Sejak saat itu pula hubungan kami yang semula biasa aja berubah menjadi cinta sejati. Bagaikan seorang gadis kecil yang sedang di mabuk kepayang, seperti itulah suasana hatiku. Tiada hari kulewati tanpa mendengar suaranya dari telepon. Berbagai sms bernada cinta yang ku terima darinya, ku simpan dalam HP dan membacanya kembali ketika jam istirahat kantor. Terlebih lagi ketika ia mengutarakan niatnya untuk segera melamarku pada bulan Februari tahun depan, semakin berbunga-bunga saja hati ini. Bagaikan sebuah taman bunga, tiada yang lebih indah di bandingkan mawar. Kini mawar cinta itu telah bersemi di hatiku.
Namun sayang seribu sayang, kebahagiaan yang kurasakan segera musnah. Malang tak dapat di tolak dan asa tak dapat di raih. Melalui sebuah percakapan para gadis yang kudengar di sebuah reuni universitas kami, rahasia akan cinta yang berakhir duka pun terbongkar.
Kasihan ya Roni, dia harus nikah sama Wanita yang tidak di cintainya….Ujar Farin, salah seorang alumni yang baru saja kukenal beberapa saat yang lalu.
Semua itu cuma gara-gara salah paham antar keluarga. Orang tua Ines mengira Roni mau mempermainkan Ines, gara-gara Roni minta agar tanggal pernikahan di percepat. Soalnya waktu itu Roni mau pergi ke Perancis tuk bekerja. Orang tua Ines yang tidak bisa terima anaknya menikah sebelum kuliahnya selesai menolak keinginan dari pihak Roni. Hal ini menimbulkan kemarahan dari orang tua Roni hingga mereka memutuskan bahwa pertunangan antara keduanya di batalkan. Saat itu sih Roni sakit hati banget. Terlebih lagi pas Ines mengikuti keinginan orang tuanya. Akhirnya dia pergi ke Perancis dan ketemu sama Pacarnya yang sekarang. Aslinya sih, dia masih cinta banget sama Ines. Kemarin aja dia janji ketemuan sama Ines di restoran buat ngucapin selamat tinggal. Cerita Nila, alumni yang lain.
Jderrr….bagaikan di sambar petir di siang bolong, diriku langsung merasa lemas, hampir tidak sadarkan diri. Sesaat aku terdiam . Mataku mulai berkaca-kaca. dan hatiku berteriak sekeras-kerasnya. Booooohooooong….ini mimpi dan aku akan segera bangun. Terus pacarnya yang sekarang gimana? Kasihan dong di bohongin kayak gitu. Selidik alumni yang lain.
Nila menghembuskan nafas panjang. Sesaat kemudian ia mengatakan bahwa sebenarnya kesalahpahaman antara kedua orang tua mereka sudah terselesaikan beberapa saat yang lalu. Namun untuk menyatukan kembali pasangan yang pernah dan masih saling cinta itu mengalami rintangan, karena saat ini Roni sedang berada di persimpangan jalan. Di satu sisi ia masih mencintai Rani, namun di sisi lain ia juga terlanjur mencintai pacar barunya. Ia tidak ingin menyakiti hati gadis malang itu.
Sejak hari itu aku memutuskan tuk pergi dari kehidupan Roni selamanya. Goresan luka di hati ini sudah begitu dalam, tak mungkin bisa pulih kembali. Sejak saat itu kuputuskan tuk tidak menerima telepon darinya, tidak pula diri ini bersedia tuk bertemu. Puluhan SMS yang ia kirim untukku pun tidak pernah kubalas. Hanya kebisuan yang kuberikan. Setelah hampir sebulan penuh tidak ada jawaban dariku, Roni akhirnya mengerti bahwa aku tidak ingin lagi bersamanya. Melalui sebuah SMS ia mengatakan bahwa aku bebas tuk memilih kehidupanku sendiri.
"Selamat menjalani kehidupan yang baru, semoga berbahagia dengan pilihanmu."
Dalam perjalanan menuju Dubai, Uni Emirat Arab, aku pun kembali menitikkan airmata. Goodbye Roni. Wish u Happy With her.
*******
Kriiiiing……..dering handphone yang begitu keras membuatku tersadar dari lamunan. Dengan sedikit terburu-buru, ku hapus air mata dan segera mengangkat handphone tersebut tanpa melihat siapa yang menghubungiku. Saat itu pikiranku sedang galau dan masih berada di alam sadar dan tidak. Dengan suara ramah yang di paksakan aku pun mengucapkan salam.
Halo…sapaku dengan lembut.
Dinaaaaa……..where are you?…..why u left dubai without permission? teriak si penelpon.
You…why its always you….Bentakku tak kalah sengit.
Of course its always MEEEEEE…..U left Dubai without permission and makes everybody worried…Teriak si penelpon itu lagi, kali ini dengan suara tinggi.
No waaaay…..gak bakalan mau……kamu mau ngamuk juga terserah, pokoknya aku tidak mau pulang…..weeee....ujarku sembari mengakhiri percakapan di telepon, lalu sembari bersungut-sungut ku buang handphone itu ke arah tong sampah yang berada tak jauh dari tempatku duduk. Tak berapa lama kemudian aku kembali menangis. Namun kali ini aku bukan menangisi hati yang luka karena kenangan masa lalu. Lebih tepatnya karena aku bahagia.
Ya aku bahagia. Meskipun aku telah kehilangan cinta seorang kekasih, namun aku masih memiliki cinta dari para sahabat-sahabat yang setia menemaniku dalam perjuangan mengadu nasib di Dubai. Kemarahan Baby atau lengkapnya Darius Forouhar adalah bukti cinta tulus seorang sahabat yang khawatir akan keadaan sahabatnya yang lain. Demi menebus kekhawatiran itu, Baby ( Darius) nekat menjemputku di Ankara,Turki demi memastikan keselamatanku. Sebuah cinta tulus yang akan membawaku ke dalam takdir percintaan sejati.
Takdir Cinta Itu Adalah MEMOIRS OF LOVE.
TAMAT
NB: Untuk membaca kelanjutan dari Kisah Ini silahkan baca Memoirs Of Love
Tinggalkan Komentar

Tidak ada komentar: